JACK THE RIPPER, adalah julukan bagi sosok misterius tersangka pembunuhan berantai di kota London masa silam. Jack diyakini bertanggungjawab atas pembunuhan-pembunuhan sadis dan mutilasi yang menyebabkan kematian sejumlah Wanita Tuna Susila.(PSK) . Kisahnya juga banyak menginspirasi sejumlah film komersial dunia barat.
Bulan Agustus 1888, di Whitechapel, London menjadi heboh dengan kasus pembunuhan berantai yang biasanya terjadi pada akhir pekan. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, leher terpotong dengan organ tubuh bagian dalam telah menyembul keluar.
Selama lebih dari 100 tahun, kasus Jack The Ripper tetap menjadi misteri, pembunuhan dilakukan secara acak dan tidak meninggalkan bukti yang bisa menjadi titik terang untuk proses penyelidikan. Walaupun “hanya” kira-kira 1 tahun Jack The Ripper melakukan aksinya, tapi namanya telah melegenda hingga kini. Diduga, setelah melakukan aksinya di London, Jack The Ripper telah melarikan diri ke benua Amerika, sehingga kasus inipun mengalami kebuntuan dan menjadi misteri. Konon, tempat Jack The Ripper memutilasi korbannya telah menjadi tempat yang angker dan menyeramkan.
Bulan Agustus 1888, di Whitechapel, London menjadi heboh dengan kasus pembunuhan berantai yang biasanya terjadi pada akhir pekan. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, leher terpotong dengan organ tubuh bagian dalam telah menyembul keluar.
Selama lebih dari 100 tahun, kasus Jack The Ripper tetap menjadi misteri, pembunuhan dilakukan secara acak dan tidak meninggalkan bukti yang bisa menjadi titik terang untuk proses penyelidikan. Walaupun “hanya” kira-kira 1 tahun Jack The Ripper melakukan aksinya, tapi namanya telah melegenda hingga kini. Diduga, setelah melakukan aksinya di London, Jack The Ripper telah melarikan diri ke benua Amerika, sehingga kasus inipun mengalami kebuntuan dan menjadi misteri. Konon, tempat Jack The Ripper memutilasi korbannya telah menjadi tempat yang angker dan menyeramkan.
Jack The Ripper tidak “sembarangan” membunuh, yang menjadi korbannya hanyalah Wanita Tuna Susila atau Pekerja Seks Komersial (PSK), diantaranya bernama Polly Nichols, Annie Chapman, Catherine Eddowes, dan Elizabeth Stride. Whitechapel memang cukup marak dengan prostitusi, pada masa itu di Whitechapel, berkeliaran sekitar 1200 Wanita Tuna Susila dan terdapat 62 rumah bordil.
Perkiraan yang muncul, Jack The Ripper berasal dari keluarga kelas atas dan berpendidikan. Mungkin berprofesi sebagai seorang dokter, asisten dokter, mantan dokter, atau petugas medis, karena memiliki pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia, terlihat dari korban mutilasi yang dilakukannya dengan “rapi”.
Pada beberapa korban, bagian tubuh bagian dalam dikeluarkan oleh Jack The Ripper, sedangkan korban yang lain tidak demikian. Oleh karenanya, muncul dugaan kalau pembunuhan ini tidak dilakukan oleh satu orang, karena korban-korban meninggalkan “ciri” yang berbeda-beda.
Stephen Knight, dalam bukunya tahun 1976 berjudul “Jack the Ripper : The Final Solution”, memberikan teori mengenai oknum yang merujuk pada Jack The Ripper, dimana melibatkan kelas atas dan seorang dokter, tapi banyak yang tidak sepaham dengan teori ini dan menganggap itu hanyalah cerita khalayan.
Biro Penyelidik Federal Amrik (FBI) memiliki gambaran yang berbeda mengenai Jack The Ripper. FBI menyimpulkan bahwa Jack The Ripper berasal dari masyarakat kelas bawah, seseorang berkulit putih dan berasal dari keluarga broken home. Satu hal yang pasti, Jack The Ripper memiliki pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia.
Jack The Ripper juga mungkin mengalami masalah sosial dan kurang dapat berinteraksi dengan orang lain. Ada ratusan nama yang sempat diajukan sebagai Jack The Ripper, diantaranya Robert Mann, Lewis Carroll dan Walter Sickert.
Sesuai gambaran dari FBI, oknum yang paling sesuai adalah Robert Mann, yang bekerja sebagai petugas kamar mayat di Whitechapel. Sebagai petugas kamar mayat, setidaknya ia memiliki pengetahuan tentang anatomi. Yang menambah kecurigaan, pada saat korban bernama Polly Nichols dibawa ke kamar mayat Whitechapel, Inspektur Polisi telah melarang untuk menyentuh mayat Polly Nichols, tapi Robert Mann bersikeras menelanjangi mayat Polly Nichols. Mungkin Robert Mann ingin mengagumi “hasil karya” yang telah dibuatnya.
Siapapun Jack The Ripper dan walaupun aksi pembunuhannya telah lama berlalu, tampaknya sosok sang pembunuh sadis telah melekat dibenak masyarakat, menjadi “abadi” dan melegenda. Sosok misterius yang digambarkan berkeliaran dengan memakai mantel, topi dan membawa sebilah pisau. Sehingga senantiasa menghiasi film layar kaca dengan cerita-cerita yang berbalut fiktif.
Perkiraan yang muncul, Jack The Ripper berasal dari keluarga kelas atas dan berpendidikan. Mungkin berprofesi sebagai seorang dokter, asisten dokter, mantan dokter, atau petugas medis, karena memiliki pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia, terlihat dari korban mutilasi yang dilakukannya dengan “rapi”.
Pada beberapa korban, bagian tubuh bagian dalam dikeluarkan oleh Jack The Ripper, sedangkan korban yang lain tidak demikian. Oleh karenanya, muncul dugaan kalau pembunuhan ini tidak dilakukan oleh satu orang, karena korban-korban meninggalkan “ciri” yang berbeda-beda.
Stephen Knight, dalam bukunya tahun 1976 berjudul “Jack the Ripper : The Final Solution”, memberikan teori mengenai oknum yang merujuk pada Jack The Ripper, dimana melibatkan kelas atas dan seorang dokter, tapi banyak yang tidak sepaham dengan teori ini dan menganggap itu hanyalah cerita khalayan.
Biro Penyelidik Federal Amrik (FBI) memiliki gambaran yang berbeda mengenai Jack The Ripper. FBI menyimpulkan bahwa Jack The Ripper berasal dari masyarakat kelas bawah, seseorang berkulit putih dan berasal dari keluarga broken home. Satu hal yang pasti, Jack The Ripper memiliki pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia.
Jack The Ripper juga mungkin mengalami masalah sosial dan kurang dapat berinteraksi dengan orang lain. Ada ratusan nama yang sempat diajukan sebagai Jack The Ripper, diantaranya Robert Mann, Lewis Carroll dan Walter Sickert.
Sesuai gambaran dari FBI, oknum yang paling sesuai adalah Robert Mann, yang bekerja sebagai petugas kamar mayat di Whitechapel. Sebagai petugas kamar mayat, setidaknya ia memiliki pengetahuan tentang anatomi. Yang menambah kecurigaan, pada saat korban bernama Polly Nichols dibawa ke kamar mayat Whitechapel, Inspektur Polisi telah melarang untuk menyentuh mayat Polly Nichols, tapi Robert Mann bersikeras menelanjangi mayat Polly Nichols. Mungkin Robert Mann ingin mengagumi “hasil karya” yang telah dibuatnya.
Siapapun Jack The Ripper dan walaupun aksi pembunuhannya telah lama berlalu, tampaknya sosok sang pembunuh sadis telah melekat dibenak masyarakat, menjadi “abadi” dan melegenda. Sosok misterius yang digambarkan berkeliaran dengan memakai mantel, topi dan membawa sebilah pisau. Sehingga senantiasa menghiasi film layar kaca dengan cerita-cerita yang berbalut fiktif.
sumber:http://id.shvoong.com/humanities/history/1978285-jack-ripper/
No comments:
Post a Comment