March 04, 2011

AK 47 v.s. "APACHE" (Kisah Pertempuran Fenomenal di Irak 2003)

Kisah pertempuran antara helikopter serang Angkatan Darat AS, AH-64D Longbow, dengan tentara Irak bersenjatakan AK 47 yang terjadi di Baghdad pada 23 Maret 2003 adalah kisah pertem¬puran tak imbang paling dahsyat yang bisa digunakan untuk menggambarkan ”kesaktian” senapan AK 47. Dari sini dunia bisa melihat bahwa betapa AS telah menginvestasikan miliaran dollar untuk senjata canggih yang bisa memusnahkan sebuah tempat dari ruang angkasa, AK-47 yang bisa ditebus dengan hanya 15 dollar masih tetap men¬jadi senjata pemusnah massal yang paling menakutkan di dunia.


Pada hari itu, alkisah, AD AS mengerahkan 32 unit Helikopter serbu jenis AH-64 versi Longbow dan Apache untuk membuka jalan bagi iring-iringan kendaraan pasukan koalisi yang akan masuk ke dalam kota Baghdad dari arah utara. Ini adalah hari ketiga terhitung setelah AS dan pasukan koalisi memulai serangan ke Irak. Operasi militer untuk menumbangkan kekuasaan Saddam Hussein ini dikenal pula dengan sebutan Operasi Iraqi Freedom.

Helikopter antitank spesialis search and destroy itu sengaja dikerahkan dalam jumlah banyak karena situasi ibukota Irak belum sepenuhnya dikuasai. Di sana, dikuatirkan masih banyak bercokol personel Garda Re¬publik – pasukan elit pengawal Presiden Saddam Hussein. Mereka kabarnya memiliki senjata antipersonel rudal darat ke darat dan roket ATACMS berhulu ledak born seberat 950 pon.

Tapi apalah artinya senjata-senjata itu dibanding kanon 30 mm milik Apache yang mampu menyemburkan 320 peluru per-detik dan rudal antitank AGM-114 Hellfire serta sanggup menjebol tank? Dengan berbagai persen¬jataan mematikan yang ditenteng helikopter-helikopter itu, AD AS kelihatan percaya diri. Apalagi karena helikopter serbu itu terbang tidak sendirian.

Namun, tak lama setelah memasuki kota, wajah pilot-pilot AD AS itu sontak berkerut, khu¬susnya setelah melihat sekelebat cahaya dari sebuah sudut jalan. Dua menit kemudian, nyali mere¬ka tiba-tiba menciut setelah ribuan peluru menghambur dari berbagai arah ke arah helikopter yang mereka terbangkan. Kedatangan mereka rupanya sudah ditunggu.

Spot cahaya itu ternyata aba-aba serangan. Tidak ada satu sasaran pun yang bisa dibidik secara fokus oleh pilot Apache. Tembakan berasal dari berbagai titik, dari atap-atap gedung, dari gang, dari mana saja. Yang paling mencengangkan peluru-peluru itu bukanlah peluru kanon. Bagi para pilot peluru-peluru itu sangat kecil. Peluru-peluru itu ternyata berasal dari moncong senapan AK. Namun demikian, meski hanya be¬rasal dari kaliber 7,62 mm, 31 dari 32 helikopter tempur ini benar-be¬nar kerepotan dan mundur karena mengalami kerusakan. Kemana yang satu lagi? Terjangan peluru AK ternyata berhasil membuatnya jatuh. Kedua awaknya lalu menjadi tawanan perang.



Bob Duffney, salah seorang pilot Apache yang ‘mundur’ dari ajang pertempuran itu kemudian bercerita. Seperti dirasakan pilot-pilot Apache lainnya, is menga¬takan, model pertempuran yang dihadapi di Irak benar-benar baru sekaligus menyeramkan “Kami ditembaki oleh senapan AK dari segala arah. Saya sendiri mendapat tembakan dari depan, belakang, kiri, kanan Dalam operasi Desert Storm, kami sama sekali tak men¬galami perlawanan sehebat ini.”

Hingga saat itu para panglima perang dan prajurit AS tak pernah memandang serius daya bunuh AK. Padahal kejadian segenting ini, pernah dialami prajurit Ranger ketika menggelar operasi penangkapan Jenderal Moham¬med Farrah Aidid, 3 Oktober 1993 di Mogadishu, Somalia. Beberapa personel yang ingin menyelamatkan awak udara dari dua heli UH-60 Blackhawk yang jatuh dalam operasi tersebut, pernah dibuat tak berkutik akibat dihujani peluru AK oleh pasukan Aidid. Operasi penangkapan Aidid itu pun berubah menjadi operasi penyelamatan awak udara dan prajurit Ranger yang terjebak di Mogadishu.


Dicuplik dari sumber:http://sejarahperang.wordpress.com/

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...