August 12, 2010

LEGENDA KSATRIA OEDIPUS


Alkisah, Adalah Negara Thebes yang subur dan makmur, rakyat hidup tentram dan damai, dipimpin oleh seorang raja bernama Laius dan permaisurinya Jacosta. Oleh ahli nujum (paranormal) meramalkan bahwa negeri Thebes akan selalu makmur, tenteram damai dan sejahtera bila sang Raja Laius tidak berputra. Tetapi apabila raja mempunyai putra, maka raja akan dibunuh oleh anaknya sendiri dan akan mengawini ibu kandungnya. Maka ketika Jacosta mengandung dan melahirkan anak laki-laki, sang raja yang seharusnya membunuh anak itu tetapi tidak dibunuh. Beliau memerintahkan pengawalnya untuk membuang anak tersebut ke hutan. Yang kemudian ditemukan oleh Polybas, Merope dan Korintha, yang sedang mencari kayu di hutan. Setelah dibawa pulang, anak itu dirawat dan diberi nama Oedipus.

Menginjak dewasa, Oedipus sering diejek oleh teman-temannya dan tetangganya, karena sebagai anak Polybas dia wajahnya tidak ada kemiripan sama sekali dengan keluarga Polybas. Kesal setiap hari mendapat ejekan seperti itu, Oedipus pergi ke bukit Orakel Delphi, untuk bertanya kepada dewa Apollo perihal dirinya. Akhirnya dewa Apollo memberi tahu bahwa Oedipus akan membunuh ayah kandungnya dan mengawini ibunya sendiri. Karena takut dengan perasaan akan membunuh ayahnya, maka Oedipus pergi merantau ke kota Thebes.



THEBES


Negeri Thebes sedang dilanda bencana, teror, penculikan anak-anak dan pembunuhan, penyakit dan paceklik dan lain-lain yang membuat masyarakat ketakutan dan menderita. Demonstrasi besar-besaran terjadi dimana-mana. Rakyat menuntut ditangkapnya teroris dan perbaikan kehidupan serta menuntut raja turun tahta dan pergi dari Thebes.

PERJALANAN OEDIPUS.

Sudah beberapa hari Oedipus melakukan perjalanan ke Thebes. Tiba di luar kota Thebes Oedipus bertemu dengan Laius naik kereta kuda yang sedang dalam perjalanan meninggalkan Thebes bersama beberapa pengawal. Karena dianggap tidak sopan dan mengganggu perjalanan Laius, maka Laius bertengkar dengan Oedipus. Perkelahian pun terjadi, Laius mati terbunuh dalam perkelakian itu, dan Oedipus melanjutkan perjalanannya.

Pada hari berikutnya, Oedipus bertemu dengan Sphinx, adalah sesosok makhluk yang berkepala wanita dan berbadan singa, mempunyai sayap dan berekor seperti ular. Sphinx inilah yang sebenarnya menebarkan teror kepada rakyat Thebes, yang memakan banyak korban dan penculikan anak tadi, dengan berkedok Laius telah mengotori negeri Thebes yang suci. Kepada Oedipus, Sphinx mengajukan teta-teki yang apa bila Oedipus tidak bisa menjawab Sphinx akan memakan Oedipus seperti korban-korban lainnya. “Makhluk apa yang berjalan dengan empat kaki di pagi hari, dua kaki di siang hari dan tiga kaki di malam hari” tanya Sphinx kepada Oedipus. Dan Oedipus pun langsung menjawab “Manusia”.

Mendengar jawaban seperti itu Sphinx pun terdiam, merasa kalah dan takut dengan Oedipus. Sphinx akhirnya menghacurkan diri sendiri sebelum dibunuh Oedipus. Dan sejak saat itu kehidupan rakyat Thebes berasur-angsur kembali membaik, hidup tenteram dan damai. Karena jasanya kepada rakyat Thebes, Oedipus akhirnya diangkat menjadi raja Thebes, yang kebetulan terjadi kekosongan kepemimpinan (raja), dan menikah dengan ratu Jacosta. Beberapa tahun menjadi raja Thebes, Oedipus mempunyai dua orang putra yaitu : Antigon dan Ismene.


(Cerita ini merupakan ringkasan yang diambil dari karya Sophocles, Pujangga Besar Yunani Kuno, pada 450 Tahun Sebelum Mesehi, yang diterjemahkan oleh Ws Rendra (Alm) dan dipanggungkan dalam bentuk Opera, yang terdiri dari tiga seri yaitu : “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus Di Colonus” dan “Antigon”)


sumber:http://dunia-panas.blogspot.com/2010/07/legenda-kesatria-oedipus.html



No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...