February 18, 2011

Menikmati SOTO PAK SHOLEH (The Legend of JOGJA SOTO)

Masih lekat dalam ingatan, hampir tiap hari minggu sekitar dua dasa warsa lalu, orang tua saya (Admin Jogjaicon) sering mengajak makan soto di suatu tempat di daerah Purwodiningratan Yogyakarta. Yang waktu itu membuat aku heran walau tempatnya masuk di dalam kampung dan Ayah harus rela mendorong motor melewati gang-gang sempit, tapi nampak antusias datang ke tempat SOTO PAK SHOLEH.



Setiap orang yang pernah tinggal di Jogja, pasti tahu, minimal pernah mendengar SOTO PAK SHOLEH. Tetapi Siapa, apa, dimana, Bilamana dan Mengapa tentang SOTO PAK SHOLEH, mungkin belum semuanya mengetahui. Saya coba mencari dan membagikan kembali kisah tentang soto yang legendaris bagi masyarakat Jogja ini.

Mengikuti perjalanan SOTO PAK SHOLEH, seperti sedang bercerita cikal-bakal asal muasal sejarah soto di Jogja. Pak Sholeh yang asli Kebumen itu datang merantau ke Kota Jogja dengan bekal kecerdasannya membuat racikan soto yang akan memesona lidah orang Jogja. Tahun itu 1952 saat di mana masih sangat jarang orang berdagang makanan selain menjual nasi sayur dan lauk buat pedagang, pekerja, atau tukang becak di pinggir-pinggir jalan. Tapi Pak Sholeh sudah berani mencoba sesuatu yang baru itu. Sekian lama sejak tahun itu, ditemani istrinya yang setia membawakan ember untuk mencuci mangkuk, Pak Sholeh menjajakan soto di seputaran Kampung Notoprajan, Ngabean, dan Purwodiningratan dengan angkring pikulan mulai pagi hingga sore selepas ashar. Baru beberapa waktu kemudian ia bisa mengontrak di salah satu rumah di tengah Kampung Purwodiningratan.

Tempat baru ini kemudian disulap sebagai warung soto selain sebagai rumah tinggal. Meski menempati rumah di tengah kampung yang akses masuknya lumayan melelahkan (karena kendaraan bermotor tidak boleh menghidupkan mesin), sotonya tetap dicari-cari orang.



Selepas dari Kampung Purwodiningratan, Pak Sholeh pindah ke Tegalrejo Tempatnya cukup strategis karena agak menjorok di persimpangan di pertigaan Jalan HOS Cokroaminoto dengan jalan masuk ke Museum Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama bernama Jalan Wiratama. Parkirnya luas dan rute jalannya mudah dijangkau. Buka mulai pukul 06.00 sampai jam 15.00. Berbeda saat bulan Ramadhan yang baru akan buka saat buka puasa tiba sampai setelah salat tarawih. Sepeninggal Pak Sholeh, kini racikan masakannya langsung ditangani Bu Sholeh. Semuanya masih seperti dulu cara masaknya, masih tradisional, semua bumbunya diuleg dan bahan bakarnya menggunakan arang.

SOTO PAK SHOLEH membuka cabang di Jalan Magelang (Mlati, Sleman dekat pendopo bupati), Jalan Wates, Jalan Solo, Ring Road Utara depan Monumen Jogja Kembali, dan di dekat pintu masuk Stadion Kridosono Kotabaru. Semua cabang SOTO PAK SHOLEH itu dikelola oleh semua anak-anaknya. Cita rasa sama, hanya kalau beda ada di suasananya saja. Ada pula empal yang enak dan benar-benar gempi yang siap disantap juga. Dan jangan lupa lidah gorengnya, dipotong kecil kecil kucuri kecap, taburi bawang goreng... hmmmmm... max nyuuuuz...

(Berbagai sumber di Google dan cerita dari Orang Tua)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...