SONTOLOYO dan BAJINGAN kerap kali digunakan sebagai kata-kata umpatan/makian atau kosa kata untuk menggambarkan seseorang yang berperilaku ga benar alias amoral. Namun mungkin ga semua orang tahu, apa arti dari SONTOLOYO dan BAJINGAN tersebut.
Didalam kultur Jawa, terutama Daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah, semua benda atau hal memiliki nama tersendiri. Bahkan ini ga ditemukan dalam kaidah umum bahasa Indonesia (dan bahasa-bahasa manca negara manapun). Contohnya, dalam bahasa Indonesia, Anaknya Sapi tetap disebut Anak Sapi. Namun tidak demikian dalam bahasa Jawa. Anak Sapi disebut Pedhet, Anak macan disebut Gogor, Bunga Durian disebut Dongop, isi buah salak disebut Kenthos dan lain sebagainya.
Sama juga dengan SONTOLOYO dan BAJINGAN, aslinya adalah sebutan bagi kelompok profesi tertentu. Tapi entah kenapa, seiring peradaban sosial manusia yang katanya makin maju, dua kata itu jadi berubah pengertiannya.
SONTOLOYO sejatinya adalah sebutan untuk PENGGEMBALA BEBEK atau orang-orang yang dengan setia menggiring bebek dari pagi sampai sore ke daerah perairan sekaligus mengumpulkan telur-telurnya.
Sama juga dengan SONTOLOYO dan BAJINGAN, aslinya adalah sebutan bagi kelompok profesi tertentu. Tapi entah kenapa, seiring peradaban sosial manusia yang katanya makin maju, dua kata itu jadi berubah pengertiannya.
SONTOLOYO sejatinya adalah sebutan untuk PENGGEMBALA BEBEK atau orang-orang yang dengan setia menggiring bebek dari pagi sampai sore ke daerah perairan sekaligus mengumpulkan telur-telurnya.
BAJINGAN sendiri adalah sebutan bagi SAIS/KUSIR GEROBAG (Pedati) yang ditarik oleh Lembu. Sebutan Bajingan tidak berlaku untuk gerobak/pedati/sado yang ditarik oleh kuda.
Menilik masing-masing arti tersebut jelas tidak ada hal yang salah atau buruk. Namun demikian karena SONTOLOYO dan BAJINGAN sudah menjadi idiom yang menggambarkan hal-hal negatif, kedua komunitas itupun sekarang sudah tidak pernah lagi disebut demikian. Bahasa penyebutannya tidak lagi memiliki kekhasan kultural alias berlaku secara umum. Contohnya SONTOLOYO ya disebut Wong angon bebek.
Padahal komunitas asli SONTOLOYO dan BAJINGAN dalam arti seseungguhnya adalah orang-orang bersahaja yang bekerja menghabiskan tenaga serta waktu untuk menghidupi keluarganya tanpa pernah mengambil hak orang lain. Sangat ga tepat bila menyebut PEMERKOSA atau PERAMPOK dengan sebutan BAJINGAN. Kasihan BAJINGAN aslinya. T-T
(Postingan didedikasikan dengan rasa hormat untuk komunitas SONTOLOYO dan BAJINGAN diseluruh Jagat ini)
Menilik masing-masing arti tersebut jelas tidak ada hal yang salah atau buruk. Namun demikian karena SONTOLOYO dan BAJINGAN sudah menjadi idiom yang menggambarkan hal-hal negatif, kedua komunitas itupun sekarang sudah tidak pernah lagi disebut demikian. Bahasa penyebutannya tidak lagi memiliki kekhasan kultural alias berlaku secara umum. Contohnya SONTOLOYO ya disebut Wong angon bebek.
Padahal komunitas asli SONTOLOYO dan BAJINGAN dalam arti seseungguhnya adalah orang-orang bersahaja yang bekerja menghabiskan tenaga serta waktu untuk menghidupi keluarganya tanpa pernah mengambil hak orang lain. Sangat ga tepat bila menyebut PEMERKOSA atau PERAMPOK dengan sebutan BAJINGAN. Kasihan BAJINGAN aslinya. T-T
(Postingan didedikasikan dengan rasa hormat untuk komunitas SONTOLOYO dan BAJINGAN diseluruh Jagat ini)
******
2 comments:
iya-ya...bajingan asli sekarang harus bersaing dengan bajingan KW...hehehe...
@Yuni : iya ya mbak, yg KW pasti banyak ga benernya... ga garansi, ga bayar pajek, kadang ga dikirim pula... wkwkwkwkwk
Post a Comment