Animal Kaiser menyajikan grafis 3D yang lebih menakjubkan ketimbang Dino Duel, walaupun dengan konsep yang sama. Sama-sama gulat ala WWF dengan pelakunya binatang terkenal. Animal Kaiser juga menawarkan iming-iming kartu koleksi sebagai bonus. Bahkan kartu koleksi ini kemudian kerap jadi taruhan bagi anak-anak. Siapa yang memenangkan pertarungan, maka ia yang berhak memperoleh kartu, meskipun yang membayar satu set game (satu ronde) dengan kartu slash adalah lawannya.
Skenario Animal Kaiser juga lebih seru. Tidak berbelit-belit seperti halnya Dino Duel. Proses loading yang lebih cepat. Dan paling penting adalah pertarungan itu sendiri membuat anak-anak exciting, terkesima. Maka tidak jarang jika pemainnya (anak-anak itu) seperti ikut dalam dinamika kekerasan seekor singa yang tengah membanting burung rajawali. Bum! Menghunjam tanah dengan keras.
Sisi positifnya, Animal Kaiser mengenalkan puluhan (mungkin juga ratusan) hewan realistis yang tersebar habitatnya di seluruh dunia. Ilmu-ilmu zoologi dasar yang pas buat anak-anak juga bisa diperoleh. Sebut saja burung Condor yang ternyata adalah hewan khas dari Mexico itu bisa terbang sampai ketinggian 5.000 meter dpl berkat kekuatan tulang dan otot di bagian sayap.
Game yang secara resmi dirilis Namco pada pertengahan tahun 2009 ini juga melahirkan semacam pergaulan baru yang mengikat anak-anak satu sama lain. Ada komunikasi dan informasi yang meluncur dari satu mulut ke mulut lain dari bocah-bocah. Mereka saling berbagi “keilmuannya”. Bahkan kemudian terjadi transaksi secara barter., atau tukar menukar kartu koleksi (Biasanya yang dianggap dobel). bahkan bagi anak-anak yang memiliki “jiwa” dagang, otaknya bekerja untuk mendayagunakan koleksi kartunya untuk bisa dijual dan mengahasilkan uang. Ya, proses berniaga itu ada di kelompok usia anak-anak SD itu.
Animal Kaiser kemudian juga menciptakan berbagai perspektif, seperti koleksi kartu yang membuat penjualan album kartu nama laku keras sebagai tempat menyimpan kartu-kartu binatang tersebut atau "perdagangan kartu" diantara anak-anak itu sendiri.
Sumber utama:http://umum.kompasiana.com/2009/12/06/
No comments:
Post a Comment