May 19, 2011

PASAR BERINGHARJO JOGJA

The location was once the market is a rather broad field, muddy and a bit muddy, too many trees beringinnya, east (non-permanent building) is a former tomb of the Dutch people. This place is officially used as a venue for meeting people, after being appointed by the Sultan of Yogyakarta in 1758. After that people began to exploit by establishing Payon Payon as a shade-sun and rain.

(Regol/Gerbang utama Pasar yang bernuansa antik dan klasik)

"EENDER MOOISTE PASSER OP JAVA" atau salah satu pasar terindah di Jawa bukanlah sebutan yang berlebihan untuk pasar Beringharjo. Pasar yang berkonstruksi beton bertulang dalam bentuk dan wujud yang akrab dengan arsitektur tropis ini juga merupakan pasar tertua yang keberadaanya mempunyai nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan kraton Yogyakarta.

Pasar tradisional yang terus berkembang ini dibangun di atas tanah seluas 2,5 hektar dan mengalami rehabilitasi sebanyak dua kali pada tahun 1951 dan 1970. Seiring dengan perkembangan zaman dan pemerintahan, maka pasar Beringharjo diambil alih oleh pemerintah kota Yogyakarta.

Pasar Beringharjo merupakan salah satu komponen dalam pola tata kota Kerajaan, biasa disebut pola “Catur Tunggal” yaitu Keraton, Alun-alun, Pasar dan Masjid (Bangunan Suci).

Lokasi pasar dulunya merupakan lapangan yang agak luas, berlumpur dan agak becek, juga banyak pohon beringinnya, sebelah timur (bangunan non permanen) adalah bekas makam orang-orang Belanda. Tempat ini secara resmi dipergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat, setelah ditunjuk oleh Sri Sultan Yogyakarta tahun 1758. Setelah itu orang-orang mulai memanfaatkan dengan mendirikan payon-payon sebagai peneduh panas dan hujan.




(Interior pasar setelah modernisasi/foto: yogyes.com)
Keadaan semakin berkembang hingga Pemerintah memandang perlu membangun pasar yang representatif dan layak sebagai pasar pusat di Yogyakarta. Nederlansch Indisch Beton Maatschapij ditugaskan membangun los-los pasar pada tanggal 24 Maret 1925. Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah terselesaikan, dan kemudian menyusul yang lainnya secara bertahap. Pada akhir Maret 1926, pembangunan pasar selesai dan mulai dipergunakan sebulan setelah itu

(Pasar Beringharjo dan Jalan Malioboro tahun 1910)

Sedangkan nama Beringharjo sendiri baru diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau memerintahkan agar nama-nama Jawa yang dipergunakan untuk semua instansi di bawah Kasultanan Ngayogyakarta. Nama Beringharjo dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan beringin merupakan lambing kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang. Jadi hal itu sesuai dengan citra pasar yang sempat terbakar pada tahun 1986 ini sebagai pasar pusat atau pasar “Gede” bagi masyarakat Yogyakarta.

Tips & Trik menikmati mengunjungi Pasar Beringharjo

- Harga barang di pasar ini umumnya dapat ditawar jika Anda menghendaki. Pandai-pandailah menawar!
- Hati-hati dengan copet sewaktu berada di pasar beringharjo.


Sumber:http://gudeg.net/id/

1 comment:

rumputilalang said...

salah satu pasar tradisonal dan modern di JOGJA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...