SENIN, 8 April 2013. Jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB. Sebanyak 54 unit mobil berpenggerak empat roda dan 17 sepeda motor trail yang tergabung dalam Indonesia Off-Road Expedition (IOX) 2013 bergerak perlahan meninggalkan kompleks Masjid Al-Munawarah Kota Jantho, ibu kota Kabupaten Aceh Besar. IOX 2013 didukung sepenuhnya oleh PT Dunia Barusa Banda Aceh dengan menerjunkan tiga mobil Fortuner dan Hilux untuk ekspedisi yang terbilang fenomenal tersebut.
Dari kompleks Masjid Al-Munawarah Kota Jantho, tim IOX 2013 yang start di Kilometer Nol (Kota Sabang) bersiap memasuki salah satu etape paling menantang yaitu Jantho (Aceh Besar)-Keumala (Pidie). Tantangan itu sendiri berawal di Desa Jalin, masih wilayah Kecamatan Kota Jantho.
Selepas ‘merenangi’ Krueng (Sungai) Jalin, tim yang dipimpin offroader nasional, Syamsir Alam yang juga ketua tim survei IOX Aceh-Sumut 2013 mulai ‘memanjat’ perbukitan dengan kemiringan 45 derajat dengan struktur tanah keras. Deru mesin berbagai jenis mobil, seperti Toyota Fortuner, Hilux, Land Rover Devender, dan Daihatsu Taft membelah keheningan hutan Jalin.
Setelah dua jam perjalanan, konvoi tiba di jembatan tua berlantai kayu yang hampir roboh. Di kepala jembatan yang tertutup belukar, terukir lambang berbentuk prisma dengan tulisan “Makarti Muktitama Transmigrasi tahun 1993/1994”.
“Ini kawasan permukiman transmigrasi terbesar di Aceh pada era Presiden Soeharto,” kata Ketua IOF Aceh, Alex kepada Fotografer Serambi Indonesia, M Anshar yang ikut bersama tim IOX 2013.
Senin malam, tim beristirahat di Kamp 4 Krueng Panca, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar. Ketika tiba di kamp tersebut, koki langsung mempersiapkan santap malam dan mekanik memperbaiki berbagai kerusakan mobil. Semua berpacu dengan waktu untuk menjemput pagi sambil melarung mimpi dalam aroma hutan berbalut misteri.
Selasa, 9 April 2013. Ketika bening embun masih bergelantungan di dedaunan, Tim IOX 2013 bergerak meninggalkan Kamp 4. Dari radio komunikasi yang ada di setiap mobil terdengar suara setengah berteriak, “Well come to the jungle.”
Ucapan ‘selamat datang ke hutan’ merupakan refleksi spirit sekaligus isyarat tentang beratnya tantangan yang akan dihadapi berikutnya pada lintas Panca-Keumala.
Para offroader mengakui, rute Panca-Keumala melalui Kunyet termasuk salah satu rute tersulit. Selain banyak binatang liar seperti gajah, harimau, dan babi hutan, kawasan pegunungan pada ketinggian hingga 1.000 mdpl ini juga nyaris tak henti diguyur hujan, sehingga rute licin. Hampir semua mobil harus ditarik slink katrol yang diikatkan ke pepohonan.
Malam kedua menjelang di tengah belantara Panca-Keumala. Tim beristirahat di belantara liar itu, di antara armada ekspedisi yang kandas, rusak, bahkan terbenam lumpur.
Rabu pagi, 10 April 2013, Tim IOX memasuki kawasan penurunan di wilayah Kabupaten Pidie. Dari kejauhan mulai terlihat Padang Tiji dan Sigli. Namun, sebelum perjalanan tiba di Kamp 5 Krueng Keumala, rombongan menyaksikan bekas telapak kaki gajah yang melumat semak belukar dan rerumputan. Fenomena kehidupan liar masih begitu kental di lintasan itu.
Offroader profesional asal Aceh, Eko Hariono mengatakan, uji kemampuan berbasis otomotif bukan saja untuk penyaluran hobi, tetapi sekaligus membangun kerja sama tim menghadapi tantangan bahkan ‘rasa sakit’. Keahlian para offroader juga bisa dimanfaatkan untuk menerobos kawasan terpencil, puing-puing kehancuran dan berbagai tantangan ketika menyalurkan bantuan kepada korban bencana.
Eko didampingi Sekretaris IOF Aceh, T Saiful Banta menjelaskan, semangat untuk kemanusiaan sudah dibuktikan dengan kerja sama antara Indonesian Off-Road Federation (IOF) dengan tim Search and Rescue (SAR). Kerja sama yang terinspirasi dari rangkaian ekspedisi tiada henti, termasuk dari misi IOX Sumut-Aceh 2013.
Sumber gambar dan artikel: Serambi Indonesia Online (Serambinews.com)
No comments:
Post a Comment