Batalyon V KNIL ANDJING NICA merupakan kesatuan militer NICA (Pemerintah Sipil Hindia Belanda yang dibentuk pasca kemerdekaan RI) yang paling brutal dan ganas di zaman revolusi Indonesia (1945-1950). Batalyon Infanteri V KNIL Andjing NICA adalah satuan reaksi cepat yang biasa bertempur dengan gaya beringas dan brutal layaknya Pasukan Marsose Belanda di Aceh dulu. Batalyon ini terlibat di berbagai front-front pertempuran melawan TNI dan pejuang Indonesia terutama di pulau Jawa.
Batalyon V terbentuk pada 2 Desember 1945. ketika ‘masa bersiap’ mencekam banyak orang Eropa maupun Ambon dan Menado. Nyawa mereka terancam oleh kacaunya revolusi Indonesia yang diwarnai kebencian kepada hal-hal berbau Belanda, termasuk orang-orang Belanda dan semacamnya. Tidak heran jika banyak orang-orang Belanda dan Ambon pro Belanda menaruh dendam atas kebencian orang-orang Indonesia di kemudian hari. Dua bulan, antara September hingga November, setidaknya menjadi masa mengerikan bagi beberapa orang itu.
Terbentuknya batalyon V dianggap bisa menjadi solusi mereka. Dengan bersenjata dan berpasukan, mereka bisa menjaga diri dan terlepas dari rasa takut atas serangan kekacauan revolusi. Masa mencekam itu segera tertutup oleh rasa benci tak terhingga pada orang-orang Indonesia pro-kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Bataljon V KNIL terdiri dari orang-orang frustasi yang brutal dan temperamental |
Batalyon V bertempur dengan ganasnya. Banyak bekas pejuang kemerdekaan mengetahui betapa mengerikannya pasukan ini jika bertempur. Pasukan ini menyebut dirinya sebagai Andjing NICA. Lambang badge atau emblem kebanggan mereka adalah logo anjing galak berwarna merah. Batalyon ini terlibat dalam beberapa serangan militer Belanda ke Jawa Tengah. Di seragamnya, mereka selalu menuliskan kata “Andjing NICA”. Masyarakat Indonesia kemudian lebih mengenal pasukan ini sebagai Andjing NICA!!, julukan mengerikan sekaligus sarat ejekan.
Istilah Andjing NICA lebih banyak diketahui orang sebagai julukan atau stigma kepada orang-orang Indonesia pro Belanda. NICA sendiri adalah pemerintahan sipil di Hindia Belanda. Sebuah badan untuk mengambil-alih kembali kekuasaan belanda atas Hindia Belanda sebagai bagian dari republik Indonesia. Orang Indonesia pro Belanda tersebut biasanya, orang-orang pribumi/Indonesia yang menjadi pegawai sipil maupun militer pada pemerintah Hindia Belanda.
ANDJING NICA : Emblem atau badge Kebanggan Bataljon V KNIL (Replika koleksi Jogjaicon) |
Selain batalyon V,ada juga batalyon X KNIL yang berkedudukan di Senen, tepatnya di bekas daerah yang kini menjadi Hotel Borobudur. Batalyon ini terdapat banyak orang Ambon sebagai serdadu bawahannya. Mereka tidak kalah ganasnya kepada oran-oran Indonesia pro republik.
Dari batalyon X ini, Westerling memperoleh banyak pasukan untuk dijadikan inti dari Depot Speciale troepen (DST/KST). Mereka terlibat dalam “kampanye pasisfikasi”ala westerling di Sulawesi Selatan yang kemudian membantai banyak pejuang RI dan masyarakat disana.
Batalyon X di Senen banyak beranggotakan orang-orang temperamental. Mereka mudah tersulut emosinya. Hingga mereka sering bentrok dengan pemuda-pemuda Indonesia, terutama yag pro republik. Orang-orang biasa menyebut pasukan ini Belanda Hitam. Mereka dianggap lebih belanda daripada orang belanda sendiri.
Beberapa serdadu KNIL asal Ambon, yang kerap bikin onar di Senen, bernama Wimpie, Albert, Mingus Gerardus dan Polang, konon pernah menyuruh orang republic Indonesia yang mereka temui ntuk menelan lencana merah putih yang dikenakannya.
Bataljon V KNIL "Andjing NICA" dalam suatu parade militer |
Nyaris tidak ada gambaran positif dari oran Indonesia tentang Andjing NICA. Andjing NICA bertempur dengan ganasnya. Layaknya marsose dimasa perang aceh. Dimana bertempur adalah dengan penuh kebencian. Bukan bertempur dengan kehormatan. Mereka bertempur untuk Nederlands Indies Civil Administration (NICA)—pemerintah sipil di Hindia Belanda—yang baru dibentuk dan berkuasa atas nama kerajaan Belanda di Indonesia selama revolusi. Tentu sangat tepat jika mereka menjuluki diri mereka, atau orang lain menjuluki mereka, Andjing NICA. Sekelompok "hewan buas' yang mengabdi tanpa batas pada "majikan'nya
Batalyon V akhirnya dibubarkan di Balikpapan, setelah sebelumnya KNIL melalui surat Ratu Belanda tanggal 20 Juli 1950 secara resmi dibubarkan. Riwayat mereka tamat bersama riwayat NICA selaku pemegang kuasa atas daerah pendudukan Belanda di Indonesia semasa revolusi, dengan membawa kenangan buruk tentang perilaku kesatuan militer Belanda tersebut dalam benak masyarakat Indonesia.
dikutip sebagian dari http://www.maspetrik.com
-------------share only, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah-------------------
SUKA SEJARAH BANGASA?? JANGAN TERLEWATKAN YANG INI:
TAG ONLY, NOT A PART FROM THIS POSTING
No comments:
Post a Comment