August 04, 2012

DOLANAN BOCAH JOGJA (yang hampir punah)

Perkembangan jaman dan globalisasi juga merambah dunia bocah (anak-anak). Anak anak jaman sekarang juga menikmati perkembangan tekhnologi cyber. Berbagai jenis permainan anak modern seperti Playstasion menjamur tak terbendung. Tentunya dengan berbagai dampak yang mengikutinya, entah itu dampak positif atau negatif. Dolanan Bocah tradisionalpun perlahan namun pasti mulai ditinggalkan karena dianggap kuno serta melelahkan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, beragam permainan tradisional tersebut secara langsung memberikan pelajaran hidup kepada anak-anak tentang arti toleransi, interaksi sosial, kerja sama tim dan wawasan. Bisa dibandingkan dengan permainan elektronik sekarang yang lebih banyak membentuk perilaku anak menjadi penyendiri serta cenderung anti sosial (susah bergaul, egois dan lain-lain).


Berangkat dari itu, Jogjaicon merepost kembali sebuah postingan dari Blog Pecatur Jogja tentang berbagai permainan anak (Dolanan Bocah) tradisional yang kini hampir atau mungkin sudah punah. Penyebutan nama permainan disebutkan dalam situasi daerah Yogyakarta, namun demikian Jogjaicon yakin permainan ini telah menusantara denga sebutan atau nama yang berlainan. Sesuai dengan kekayaan ragam budaya dan bahasa kita di Nusantara.

Berikut berbagai macam Dolanan Bocah yang terdapat di Yogyakarta:

Gotri legendri,

Salah satu dari permainan anak anak Jawa yang sudah punah. Anak anak bermain melingkar, jongkok ditanah. Mereka saling menggilirkan batu ke sebelahnya sambil menyanyikan lagu.

Gotri legendri nogosari
thiwul uwal awul jadah mbantul
dolan awan awan nggolek kodok
titenana besok gedhe dadi apaa
padha mbako enak mbako sedhep
dhempo ewa ewo kaya kodok

Kemudian, yang mendapatkan batu terakhir dia jadi kodok

Permainan anak anak yang lain seperti

Bethet Thing Thong

Bethet thing thong legendar gong
gonge ilang
cam cao gula batu kedhawung ilang

Boy-boy-nan

Pemain berusaha melemparkan tumpukan pecahan genting, atau kreweng dengan bola kasti atau tenis. Satu orang berusaha mencegahnya.

Udan barat

Permainan menggunakan gacuk, bisa dari pecahan tegel atau kereweng. Dimainkan dengan melemparkan batu ke garis, yang paling dekat dengan garis dia yang mulai main. Gacuk dipasang di kaki, kemudian orang berjalan jingkat jingkat dengan gacuk terpasang disatu kaki. Yang kalah menggendong yang menang, dari garis ke garis.

Benthik

Mungkin sudah banyak dibahas di blog yang lain. Permainan menggunakan dua batang kayu besar dan kecil. Pemain berusaha mencungkil kayu kecil (dengan kayu agak panjang) dari sebuah lubang. Jika pemain lawan tidak bisa menangkapnya, maka lanjut ke level selanjutnya, yaitu Patil Lele.

Tawonan

Permainan berkelompok. Dimainkan dengan membuat lingkaran besar di tanah tempat memenjarakan pemain lawan yang tertangkap.

Jek-jekan

Dimainkan berkelompok. Masing masing pemain berusaha menyentuh tiang milik lawan. Pemain yang baru saja menyentuh tiang sendiri, jika dia menyentuh lawan, maka lawan akan dipenjara ditiang milik dia. Istilahnya, tuwo tuwonan.

Engklek atau engklek

Ada ingkling gunung, ikling montor mabur, ingkling kates, dll

Jamuran

Dimainkan berkelompok beramai ramai bergandengan tangan melingari seorang di tengah, sambil menyanyikan lagu dibawah rembulan penuh.

Jamuran, yo ge gethok, jamur apa, yo ge gethok, semprat semprit jamur apa?

lalu pemain yang ditengah menyebutkan sesuatu, seperti:
Jamur parut, maka pemain yang melingkar harus mengangkat kakinya untuk dikili kitik dengan kereweng, jika tertawa maka dia jadi yang ditengah
Jamur kendhil borot, semua pemain harus kencing (wakakakakkaakakaka marahi kemekelen)
dan jamur jamur lainnya

Ancak-ancak alis

Permainan yang juga dimainkan beramai ramai. Dua orang anak menggabungkan kedua tangan mereka dan diangkat tinggi. Anak-anak yang lain membuat rangkaian satu persatu memasuki melewati kedua anak tadi, sambil menyanyikan lagu

Ancak-ancak alis, si alis kabotan kidang
anak-anak kebondungkul si dhungkul…bla bla bla lupa, ada yang ingat?

Cublak-cublak suweng

Satu orang diminta melakukan posisi seperti orang bersujud, ndhekem. Kemudian empat atau lima anak lainnya bermain menggilirkan sebuah kerikil ditangan mereka. Setelah selesai, anak yang ndhekem tadi menebak kerikil di tangan siapa.

Cublak cublak suweng, suwenge ting gelenter,
mambu ketundhung gudel
pak gemppng lela legung sapa ngguyu ndhelikake
sirpong dhele kosong sir, sirpong dhele kosong

Sepak Sekong

Permainan yang menggunakan bola, biasanya bola plastik. Satu anak menangkap bola yang disepak oleh satu dari mereka. Setelah bola disepak, anak anak yang lain lalu sembunyi. Pemain yang menangkap bola, lalu mencari mereka dan menjaga supaya bolanya tidak disepak oleh pemain lainnya. Jika bola berhasil disepak lainnya, maka harus diulang lagi dan sibocah penunggu bola harus menunggu bola lagi.

Kempyeng atau cring-crong

Permainan anak-anak putri menggunakan uang receh sebanyak lima buah atau berjumlah ganjil. Uang dibolak balik di telapak tangan luar dan dalam. Uang disebar, setelah disebar, uang ditembakkan satu sama lain atas permintaan lawan. Kenapa harus ganjil? satu koin digunakan sebagai penghalang.

Dhingklik oglak aglik

Permainan anak anak, dimainkan dengan saling mengaitkan salah satu kaki ke kaki teman dalam sebuah lingkaran kecil dengan kaki lain bertumpu di tanah dan melakukan gerakan berjalan seperti berjingkat bersama. Masing-masing tangan pemain memegang pundak atau tangan pemain lainnya.

Subyung, bekelan, dll


Sumber image: Mydol Blog
Sumber: Pecatur jogja Blog


****
Suka Artikel/Postingan ini? Klik Sponsor dibawah untuk mendukung eksistensi Blog

4 comments:

Yuni Murharjanti said...

Saya terkesan dg ilustrasi diatas, mengingatkan saya tigapuluh tahun silam. Coba kita renungkan, bocah yang sedang beraksi (engklek) cuman satu, yang lain harus sabar menunggu giliran alias antri dengan tertib. Klo ada yg nyrobot antrian akan di cap sebagai 'bocah urikan'. Tetapi setelah dewasa kenapa kita kehilangan budaya ngantri dengan tertib ya?. Permainan jaman dulu penuh 'makna dan pitutur'. Tapi ini sudah masuk jaman pulo Jawa sigar dadi loro=wong jawa ilang jawane.

Andhika Nur Afian said...

mantap sekali artikelnya.. gambar ilustrasinya ngileng ake jaman cilik2...

WC wagu comic said...

luar biasa,,, 10 tahun lalu saja saya masih memainkan permainan-permainan di atas.
tapi sekarang, hanya sebagian yang masih saya ingat.
kalau sekarang melihat adik kita yang sedang tumbuh,,, mereka enggan bermain seperti itu. lebih memilih nonton TV "ndekem" di rumah.
hmmm,,, baca tulisan tersebut jadi kepengin kecil lagi. hehehe...:-)

WC wagu comic said...

wah, jadi keinget. padahal 10 tahun lalu saya masih bermain-main dengan permainan tersebut. sekarang sudah kepala 2, mau main juga sama siapa? hahaha...
sekarang jamannya sudah berubah si. anak kecil sekarang mana tau lagu-lagu macam itu. yang sudah gede aja lupa. hehe...
hmmm,,, baca tulisan ini jadi kepengin jadi anak kecil lagi...
hehehehe...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...