Stasiun Kalimenur terletak di Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, tepatnya diantara Stasiun Sentolo dan Stasiun Wates. Stasiun Kalimenur berhenti beroperasi pada 1974 karena dianggap tak layak lagi untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi Stasiun Kalimenur kini kondisinya lusuh dan “kesepian”, karena sudah sekitar 35 tahun tidak beroperasi.
Hal ini berbeda kondisinya dengan “almarhum” bangunan Stasiun Medari di Desa Caturharjo Kab. Sleman Yogyakarta yang hingga kini dimanfaatkan masyarakat sebagai bangunan pertemuan masyarakat sehingga selalu ramai serta terawat.
Stasiun Kalimenur kini kondisinya lusuh dan “kesepian” |
Stasiun Kalimenur dulu juga disebut sebagai “Stasiun Tahu” |
Stasiun Kalimenur diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel Surabaya-Cilacap, sekitar 1876-1888. Hingga masa revolusi, Stasiun Kalimenur menjadi salah satu Stasiun yang riuh dengan penumpang menunggu Kereta Uap yang sering disebut sebagai Sepur Bumel atau Sepur Grenjeng. Yang Unik, Stasiun Kalimenur ini dulu juga disebut sebagai “Stasiun Tahu”, karena mayoritas penumpangnya adalah penjual Tahu dari Tuksono, Sentolo yang hendak jualan ke Yogyakarta atau Kutoarjo.
Interior Stasiun.. Kotor dan Tak Terawat |
Stasiun Kalimenur +35 M DPL (Diatas Permukaan Laut) |
Pada masa revolusi sekitar 1948, Stasiun Kalimenur pernah dibom oleh Belanda, hingga hampir hancur. Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) kemudian membangun kembali, dan meresmikan Stasiun Kalimenur menjadi Stoplat (Stasiun Mini) pada 1954.
Gambar/Artikel disunting dari: http://ziarah-visual.blogspot.com/2011/
No comments:
Post a Comment