Sepanjang tahun 1980-an, bisa dikatakan 101st Airborne Division tidak banyak dilibatkan dalam operasi militer. Salah satu dari operasi 101st Airborne di era ini adalah ketika dilibatkan sebagai pasukan multinasional di gurun Sinai. Namun tragedi terjadi pada 12 Desember 1985 ketika pesawat DC-8 yang membawa mereka kembali dari Sinai jatuh sesaat setelah tinggal landas di Gander, Newfoundland. 248 personel AS dan 8 awak pesawat tewas. Sebagian besar korban tewas adalah personel 3rd Battalion, 502nd Infantry. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1988 juga terjadi musibah ketika dua helicopter divisi bertabrakan di udara, menewaskan 17 orang.
Periode tahun 1990-an, 101st Airborne kembali dilibatkan dalam sejumlah operasi tempur. Pertama adalah dalam Perang Teluk tahun 1991 ketika divisi menggelar operasi air assault terbesar dalam sejarah. Sebanyaka 2.000 personel, 50 kendaraan dan artileri, serta berton-ton perlengkapan berhasil dikirimkan sejauh 50 mil ke dalam wilayah Irak. Tidak ada personel 101st yang tewas di perang ini. Kemudian divisi juga terlibat dalam operasi pasukan perdamaian di Rwanda, Haiti, dan Bosnia.
Seiring dengan invasi AS ke Irak dan Afghanistan, 101st Airborne Division pun kembali dilibatkan. Namun di Irak inilah nama besar 101st Airborne Division tercoreng dengan adanya kasus “Mahmudiyah Killings”.
(selengkapnya tentang "Mahmudiyah Killings", ada di sini:http://en.wikipedia.org/wiki/Mahmudiyah_incident)
Sumber:http://agan-agan.com/2010/04/
No comments:
Post a Comment