Konon pernah terjadi suatu pertarungan antara hidup dan mati memperebutkan daerah kekuasaan antara seekor ikan Hiu (Sura) dan seekor buaya besar. Pertarungan tersebut sangat seru dan dahsyat. Kedua pihak saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus. Diakhir pertarungan ikan Sura kembali ke lautan sementara sang buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Mitos tentang pernah terjadinya pertarungan mati-matian antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan mitos ini. Dari Mitos kisah inilah kemudian dibuat lambang Pemerintah Kota Surabaya dengan gambar ikan sura dan buaya.
Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangan pasukan tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Besar Singosari, Sri Kertanegara. Seharusnya yang hendak dihukum karena dianggap menghina utusan Tar-tar, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang dan Jayakatwang kemudian menjadi raja, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang, dengan dibantu oleh Raden Wijaya (menantu Kertanegara), pasukan Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopmber 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan pasukan Inggris dan Belanda.
Di jaman sekarang, pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau kadangkala tenpat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.*****
Diambil dan direvisi seperlunya dari:http://historyology.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment