Suku bangsa Indian Amerika: Sioux, Cheyenne, Arapaho dan suku-suku lainnya mengesampingkan perbedaan mereka dalam menghadapi pelecehan yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Mereka mengumpulkan ribuan prajurit perang ketika Jenderal George Custer memerintahkan 700 prajurit dari Kavaleri ke-7 dari Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menyerang bangsa Indians. 700 pasukan resimen tersebut kemudian dimusnahkan dalam pertempuran yang berlangsung.
Buku-buku sejarah menggambarkan Custer sebagai prajurit professional yang keras kepala yang mengembangkan reputasinya sebagai seorang “pejuang melawan bangsa Indian” dan memimpin kampanye berdarah terhadap Kiowas dan Cheyennes di dataran selatan – tapi sejarah mencatat bahwa beberapa prajurit dari Jenderal Custer merasa ia tidak memiliki strategi yang dibutuhkan untuk mengalahkan prajurit Indian yang cerdas dan tangguh seperti Sitting Bull di medan perang.
Dalam beberapa catatan sejarah, Custer mencalonkan diri untuk jabatan presiden Amerika Serikat, dan melihat bahwa pertempuran ini sebagai kesempatan untuk merebut lebih banyak kemasyhuran di medan perang untuk meningkatkan reputasi dan aspirasinya sebagai presiden. Custer dikatakan tidak mentaati perintah langsung dari atasan untuk melakukan serangan yang terkoordinasi tetapi dalam keyakinannya untuk memenangkan pertempuran Custer memaksa anak buahnya dan kuda-kuda mereka untuk melakukan pergerakan yang cepat selama dua hari dan dua malam ke daerah pertempuran, mengalahkan gerakan resimen tentara pendukung seperti infanteri dan artileri.
Ternyata pasukan kavaleri ke-7 Custer menyerang pasukan Indian berdasarkan data intelijen yang buruk. Prajurit bangsa Indian selanjutnya membalas serangan tersebut dan dengan efektif mengepung benteng pertahan Custer serta membunuhnya 700 tentara Amerika di medan perang termasuk Jenderal Custer. .( Disadur, dirangkum dan diterjemahkan dari California Indians Education and dari berbagai sumber lainnya di internet.)
Sumber:www.indonesiamedia.com/
No comments:
Post a Comment