February 16, 2011

Menikmati keindahan MENARA KUDUS

Sekitar tahun 1996, saya (Admin Jogjaicon) karena suatu project pernah tinggal di kota Kudus, Jawa Tengah. Kota tua dan cantik ini berjarak kurang lebih 40Km arah Timur kota Semarang. Seperti biasa di kota-kota Nusantara yang pernah saya singgahi, saya selalu tertarik terhadap situs peninggalan sejarah atau menjadi icon kota tersebut. Tidak jauh dari Kost-kostan saya di Besito, ada sebuah wilayah yang disebut Kauman. Nah di kauman inilah berdiri sebuah Masjid Legendaris, yaitu Masjid Kudus. Yang sangat menarik hati dari Masjid ini menurut saya adalah Menara-nya.


Menara Kudus merupakan simbol akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, hal ini dapat dijumpai dari gaya arsitekturnya yang menyerupai candi-candi di Jawa Timur pada era Majapahit (misalnya Candi Jago) dan juga menyerupai Menara Kukul di Bali. Menara ini memiliki ketinggian 17 meter dan luas sekitar 100 meter persegi.

Ciri lain yang mudah diidentifikasi pengunjung adalah penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen sebagai bahan utama bangunan. Konon, dengan dibantu para cantriknya, Sunan Kudus membangun menara ini hanya dengan menggosok-gosokkan batu bata yang satu dengan batu-bata lainnya hingga lengket. Pada bagian ujung menara yang beratap dua lapis dengan konstruksi kayu jati yang ditopang empat saka guru (tiang utama) terdapat semacam mustaka (kubah) mirip atap tumpang pada masjid-masjid tradisional Jawa. Fungsi dari menara itu adalah untuk tempat mengumandangkan azan.




Keunikan lain yang bisa dijumpai oleh pengunjung/peziarah adalah pada ruang wudlu yang juga disusun dari bata merah. Pancurannya berbentuk kepala arca berjumlah delapan buah. Hal ini dekat dengan falsafah Buddha, Asta Sanghika Marga (delapan jalan utama) yang merujuk pada: pengetahuan, keputusan, perbuatan, cara hidup, daya, usaha, meditasi, dan keutuhan.

Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, terutama pada momen “Buka Luwur” (penggantian kain kelambu pada makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharam/Asyura. Momen menarik dalam upacara Buka Luwur ini adalah ketika menyaksikan para peziarah berebut nasi bungkus dan kain luwur bekas penutup makam Sunan Kudus yang dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi mereka yang memperolehnya. Selain “Buka Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian pada saat “Dandhangan”, yaitu tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadhan, yang mencapai puncaknya pada satu hari sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Masjid Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Bagi yang berniat untuk kunjung tidak usah ragu, karena selain berada di kota (Cuma 1,5Km dari pusat kota), Di kawasan Menara Kudus tersedia lahan parkir, warung makan, kios cenderamata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi, warung internet, dan tolilet/MCK yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Beberapa catatan dicuplik dari:http://www.alikhlashjatipadang.com/


Salam kangen untuk Sobat2 di A.I.M. dan Produksi PT. HIE (Polytron) Kudus 1996:
Mr. Tartoyo, Mr. Stamann, Heri MW, Endah, Endang, Harwati etc.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...