Perusahaan perkeretaapian yang secara penuh untuk angkutan barang dan penumpang baru terjadi pada tanggal 15 September 1830 dengan diresmikannya jalan rel Liverpool - Manchester di daratan Inggris sepanjang 30 km. Prinsip perkeretaapian diterapkan secara baik pada pembuatan jalur Liverpool - Manchester.
Jalur dibuat ganda dengan tanjakan dibatasi sekitar 1 banding 1000 dan hanya pada daerah dekat Liverpool terpaksa dibuat tanjakan dengan kelandaian 1 banding 100. Juga dibuat viaduk dan jembatan untuk menghindari perlintasan dengan jalan raya.
Tidak lama setelah peresmian dilakukan, disadari bahwa pendapatan dari angkutan penumpang terus meningkat dan meiljadi lebih besar dibanding pendapatan dari angkutan barang, "But it held a surprise for its sponsors in that the receipts for passenger traffic were soon exceeding those from freight". Kenyataan ini yang mendorong pelayanan angkutan penumpang terus ditingkatkan.
Konsep perkeretaapian yang mengangkut penumpang dan barang serta menempatkan semua kegiatan operasi dalam satu manajemen diterapkan pada jalur Liverpool – Manchester sebagai awal dari penerapan teknologi perkeretaapian adalah pembukaan jalur Stockton - Darlington. Tetapi sebagai perusahaan jalan rel pertama di dunia yang menerapkan tekonologi perkeretaapian dengan baik dan Iengkap adalah jalur Liverpool - Manchester.
AWAL JALAN REL DI INDONESIA
Dalam kurun waktu sekitar 30 tahun setelah jalur Liveipooi - Manchester dibuka, direncanakan membangun jalur kereta api di Pulau Jawa. Dorongan untuk segera membangun jalan rel disebabkan banyak barang hasil pertanian tidak bisa diangkut ke pelabuhan. Produksi hasil perkebunan meningkat dengan pesat sejalan dengan diberlakukannya sistem tanam paksa.
Transportasi dengan menggunakan pedati ditarik sapi dan kerbau tidak memadai untuk mengangkut hasil perkebunan yang melimpah. Usaha memperbaiki transportasi pernah dilakukan dengan mendatangkan unta dari Timur Tengah tetapi juga tidak berhasil karena banyak onta yang mati.
Mulanya terjadi perdebatan mengenai pilihan altematif antara swasta atau pemerintah yang harus membangun jalan rel. Keraguan akan mendapatkan laba menjadi pertimbangan banyak perusahaan swasta. Kemudian diambil alternatif untuk membangun jalan rel oleh swasta dengan dukungan atau jaminan keuntungan dari pemerintah.
Membangun jalan rel merupakan jawaban atas kebutuhan angkutan hasil pertanian. Jalur yang diincar untuk dihubungkan oleh jalan rel terfokus pada hubungan antara daerah pedalaman penghasil komoditi ekspor dan pelabuhan. Komoditi ekspor pada jaman itu antara lain kopi, teh dan gula. Kota pelabuhan utama di Pulau Jawa yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor adalah Jakarta, Semarang dan Surabaya.
JALAN REL PERTAMA 1435 MM
Jalan rel pertama dibangun oleh perusahaan swasta bernama NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) dimulai dari Semarang menuju Solo dan Yogyakarta. Bagian pertama dari jalur ini diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867 menghubungkan Semarang dengan desa Tanggung sepanjang 25 kilometer. Lebar sepur yang dipilih sama dengan lebar sepur Stockton - Darlington yaitu 1435 mm. Jalur ini diselesaikan sesuai rencana sampai Yogyakarta dan diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872.
Yang menjadi sasaran pembangunan jalur ini adalah hasil perkebunan dari daerah sekitar Solo dan Yogyakarta yang harus diangkut ke pelabuhan di Semarang. Gula merupakan salah satu yang banyak dihasilkan dari daerah ini. Kepentingan pemerintah juga dititipkan pada rencana pembangunan ini yaitu dengan membuat jalur simpang ke arah Ambarawa yang merupakan lokasi benteng pemerintah Belanda. Jalur di Ambarawa menggunakan rel bergigi karena harus melalui tanjakan yang curam.
LEBAR SEPUR 1067
Dari Bogor sampai ke Jakarta dibangun jalan rel oleh NIS dari tahun 1871 s/d tahun 1873 sepanjang 66 km. Jalur ini menggunakan lebar sepur 1067 mm. Lebar sepur 1067 mm juga dikenal sebagai Sepur Kaaps (Kaaps spoor). Kata ini berasal dari nama Provinsi Kaap di Afrika Selatan di mana lebar sepur 1067 mulai dipakai secara luas. Jalur ini akhirnya diambil alih oleh SS pada tanggal 1 November 1913.
Pemerintah Belanda melalui perusahaan perkeretaapian SS memulai pembangunan jalan rel dari Bogor ke Cicurug sepanjang 27 km dan diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1881. Pembangunan kemudian diteruskan ke Sukabumi dan terus ke arah Timur melewati Bandung. Jalur ini tersambung sampai ke Yogyakarta pada tanggal 1 November 1894. Lebar sepur yang dipilih oleh SS adalah 1067 mm.
Dari arah Timur, SS mulai melakukan pembangunan jalan rel Surabaya - Pasuruan dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Pembangunan jalan rel ini diteruskan ke arah Barat sampai ke Solo pada tangga1 24 Mei 1884.
Karena antara Solo - Yogyakarta sudah ada jalan rel NIS dengan lebar sepur 1435 mm, pada permulaannya SS tidak membangun jalan rel antara Solo - Yogyakarta. Penumpang kereta api SS dari Jakarta berhenti di stasiun Yogyakarta dan berganti kereta dengan kereta api NIS sampai di Solo dan kemudian melanjutkan lagi perjalanannya dengan kereta api SS sampai Surabaya. Untuk menghindari penumpang berganti kereta maka dipasang rel ketiga dan mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 1929. Dengan demikian baik kereta api milik NIS maupun kereta api SS dapat melalui jalur tersebut.
Mulai saat itu hubungan Jakarta - Surabaya. dapat dilakukan tanpa harus ganti kereta api dan perjalanan dapat dilakukan dalam satu hari. Waktu perjalanan yang sebelumnya 18 jam bisa dipersingkat menjadi 11 jam.
Semasa pendudukan Jepang banyak peralatan jalan rel dibongkar untuk keperluan perang di negara lain. Salah satu yang dibongkar adalah rel ketiga pada jalur Solo - Yogyakarta dan setelah itu lebar sepur dirubah menjadi menjadi 1067 mm. Juga lebar sepur Semarang - Solo dirubah menjadi 1067 mm.
LEBAR SEPUR 750 DAN 600
Jalan rel di Aceh dibangun oleh tentara dengan tujuan perang melawan pemberontak. Lebar sepur yang digunakan adalah 750 mm. Pada bulan Januari 1916 seluruh jalur kereta api di Aceh diambil alih oleh SS.
Lebar sepur 600 mm juga digunakan pada jalur trem antara Balong-Ambulu di Jawa Timur, antara Cikampek - Cilamaya, Cikampek - Wadas, Lamaran - Wadas dan Kerawang - Rengasdengklok di Jawa Barat.
Setelah perang kemerdekaan tidak ada lagi perusahaan jalan rel swasta di Pulau Jawa. Trem dengan lebar sepur 600 mm juga menghilang. Dengan demikian yang tersisa hanya jalur kereta api dengan lebar sepur 1067 mm.
JALAN REL DI SUMATRA
Jalan rel di Sumatra Barat dibangun antara tahun 1891 s/d tahun 1924 sepanjang 291 km. Jalur yang dibangun dimaksudkan untuk menghubungkan tambang batu bara dan pelabuhan di kota Padang. Sebagian jalur ini menggunakan rel bergigi.
Jalan rel di Sumatra Selatan dibangun antara tahun 1914 s/d tahun 1927. Selain tambang batu bara, juga hasil perkebunan menjadi alasan pembangunan jalur ini. Dua kota pelabuhan yang dihubungkan yaitu Palembang dan Tanjung Karang.
Jalan rel di Sumatra Utara dibangun oleh perusahaan swasta Deli Spoorweg Mij (DSM) antara tahun 1886 sampai tahun 1931. Pembangunan jalur ini bekerja sama dengan perusahaan perkebunan di daerah Sumatra Utara yang banyak menghasilkan minyak sawit dan lateks untuk tujuan ekspor yang disalurkan melalui pelabuhan Belawan Medan.
ELEKTRIFIKASI
Trem listrik mulai beroperasi di Indonesia menghubungkan Harmonie - Dierentuin pada tanggal 10 April 1899. Pembangunan jalur trem listrik terus dilajutkan dan bagian terakhir diresmikan tanggal 2 Januari 1913 dan dengan demikian jalur trem listrik di Jakarta menjadi 18 km. Trem listrik juga dibangun di Surabaya antara tahun 1923 - 1924 sepanjang 20 km.
Upaya elektrifikasi juga dilakukan oleh SS. Jalur pertama yang dipilih untuk dilakukan elektrifikasi adalah jalur Tanjung Priok - Jakarta Kota yang merupakan bagian dari rencana elektrifikasi jaringan jalan rel di Jakarta sampai Bogor. Tegangan yang digunakan adalah arus searah 1.500 volt. Jalur elektrifikasi Tanjung Priok - Jakarta Kota diresmikan pada tanggal 6 April 1925.
Tempat duduk KRL ini sebagian kelas 2 dan sebagian kelas 3 dan menggunakan rem udara tekan. Hal tersebut nampak pada nomor yang digunakan yaitu MBC-W artinya M adalah kereta bermotor, B adalah kelas dua, C adalah kelas 3 dan W simbol untuk rem udara tekan atau Westinghouse.
JALAN REL DI LUAR JAWA DAN SUMATRA
Pada awal tahun 1920, perusahaan perkeretaapian mengalami perkembangan yang menguntungkan. Banyak rencana dibuat untuk melebarkan sayap pelayanan dan tidak terbatas di Pulau Jawa dan Sumatra. Ada rencana pembangunan jalan rel di Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Rencana pembangunan Trans-Sumatra yang menghubungkan jalan rel yang terpisah di Sumatra Selatan, Sumatra Barat dan Sumatra Utara juga dilakukan. Rencana tersebut tidak sempat diwujudkan oleh SS. Pada masa pendudukan Jepang bagian dari rencana III, yaitu jalur yang menghubungkan Sumatra Barat dengan pantai Timur Pulau Sumatra pernah dibangun namun tidak diselesaikan.
Dan rencana tersebut, satu-satunya jalan rel yang pernah dibuka di luar Jawa dan Sumatra adalah jalur jalan rel Takalar - Makasar. Pembukaan jalur ini dilakukan pada tanggal 1 Juli 1923 seperti diperlihatkan pada gambar 1.9. Namun jalur ini ditutup kembali pada tanggal 1 Agustus 1930. Pendapatan yang tidak mencukupi menjadi alasan penutupan jalur tersebut. Sejak ditutup tidak pernah dihidupkan kembali hingga sekarang.
Dicuplik sebagian dari sumber: Semboyan 35 Site
Jalur dibuat ganda dengan tanjakan dibatasi sekitar 1 banding 1000 dan hanya pada daerah dekat Liverpool terpaksa dibuat tanjakan dengan kelandaian 1 banding 100. Juga dibuat viaduk dan jembatan untuk menghindari perlintasan dengan jalan raya.
Tidak lama setelah peresmian dilakukan, disadari bahwa pendapatan dari angkutan penumpang terus meningkat dan meiljadi lebih besar dibanding pendapatan dari angkutan barang, "But it held a surprise for its sponsors in that the receipts for passenger traffic were soon exceeding those from freight". Kenyataan ini yang mendorong pelayanan angkutan penumpang terus ditingkatkan.
Konsep perkeretaapian yang mengangkut penumpang dan barang serta menempatkan semua kegiatan operasi dalam satu manajemen diterapkan pada jalur Liverpool – Manchester sebagai awal dari penerapan teknologi perkeretaapian adalah pembukaan jalur Stockton - Darlington. Tetapi sebagai perusahaan jalan rel pertama di dunia yang menerapkan tekonologi perkeretaapian dengan baik dan Iengkap adalah jalur Liverpool - Manchester.
AWAL JALAN REL DI INDONESIA
Dalam kurun waktu sekitar 30 tahun setelah jalur Liveipooi - Manchester dibuka, direncanakan membangun jalur kereta api di Pulau Jawa. Dorongan untuk segera membangun jalan rel disebabkan banyak barang hasil pertanian tidak bisa diangkut ke pelabuhan. Produksi hasil perkebunan meningkat dengan pesat sejalan dengan diberlakukannya sistem tanam paksa.
Transportasi dengan menggunakan pedati ditarik sapi dan kerbau tidak memadai untuk mengangkut hasil perkebunan yang melimpah. Usaha memperbaiki transportasi pernah dilakukan dengan mendatangkan unta dari Timur Tengah tetapi juga tidak berhasil karena banyak onta yang mati.
Mulanya terjadi perdebatan mengenai pilihan altematif antara swasta atau pemerintah yang harus membangun jalan rel. Keraguan akan mendapatkan laba menjadi pertimbangan banyak perusahaan swasta. Kemudian diambil alternatif untuk membangun jalan rel oleh swasta dengan dukungan atau jaminan keuntungan dari pemerintah.
Membangun jalan rel merupakan jawaban atas kebutuhan angkutan hasil pertanian. Jalur yang diincar untuk dihubungkan oleh jalan rel terfokus pada hubungan antara daerah pedalaman penghasil komoditi ekspor dan pelabuhan. Komoditi ekspor pada jaman itu antara lain kopi, teh dan gula. Kota pelabuhan utama di Pulau Jawa yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor adalah Jakarta, Semarang dan Surabaya.
JALAN REL PERTAMA 1435 MM
Jalan rel pertama dibangun oleh perusahaan swasta bernama NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) dimulai dari Semarang menuju Solo dan Yogyakarta. Bagian pertama dari jalur ini diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867 menghubungkan Semarang dengan desa Tanggung sepanjang 25 kilometer. Lebar sepur yang dipilih sama dengan lebar sepur Stockton - Darlington yaitu 1435 mm. Jalur ini diselesaikan sesuai rencana sampai Yogyakarta dan diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872.
Yang menjadi sasaran pembangunan jalur ini adalah hasil perkebunan dari daerah sekitar Solo dan Yogyakarta yang harus diangkut ke pelabuhan di Semarang. Gula merupakan salah satu yang banyak dihasilkan dari daerah ini. Kepentingan pemerintah juga dititipkan pada rencana pembangunan ini yaitu dengan membuat jalur simpang ke arah Ambarawa yang merupakan lokasi benteng pemerintah Belanda. Jalur di Ambarawa menggunakan rel bergigi karena harus melalui tanjakan yang curam.
LEBAR SEPUR 1067
Dari Bogor sampai ke Jakarta dibangun jalan rel oleh NIS dari tahun 1871 s/d tahun 1873 sepanjang 66 km. Jalur ini menggunakan lebar sepur 1067 mm. Lebar sepur 1067 mm juga dikenal sebagai Sepur Kaaps (Kaaps spoor). Kata ini berasal dari nama Provinsi Kaap di Afrika Selatan di mana lebar sepur 1067 mulai dipakai secara luas. Jalur ini akhirnya diambil alih oleh SS pada tanggal 1 November 1913.
Pemerintah Belanda melalui perusahaan perkeretaapian SS memulai pembangunan jalan rel dari Bogor ke Cicurug sepanjang 27 km dan diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1881. Pembangunan kemudian diteruskan ke Sukabumi dan terus ke arah Timur melewati Bandung. Jalur ini tersambung sampai ke Yogyakarta pada tanggal 1 November 1894. Lebar sepur yang dipilih oleh SS adalah 1067 mm.
Dari arah Timur, SS mulai melakukan pembangunan jalan rel Surabaya - Pasuruan dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Pembangunan jalan rel ini diteruskan ke arah Barat sampai ke Solo pada tangga1 24 Mei 1884.
Karena antara Solo - Yogyakarta sudah ada jalan rel NIS dengan lebar sepur 1435 mm, pada permulaannya SS tidak membangun jalan rel antara Solo - Yogyakarta. Penumpang kereta api SS dari Jakarta berhenti di stasiun Yogyakarta dan berganti kereta dengan kereta api NIS sampai di Solo dan kemudian melanjutkan lagi perjalanannya dengan kereta api SS sampai Surabaya. Untuk menghindari penumpang berganti kereta maka dipasang rel ketiga dan mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 1929. Dengan demikian baik kereta api milik NIS maupun kereta api SS dapat melalui jalur tersebut.
Mulai saat itu hubungan Jakarta - Surabaya. dapat dilakukan tanpa harus ganti kereta api dan perjalanan dapat dilakukan dalam satu hari. Waktu perjalanan yang sebelumnya 18 jam bisa dipersingkat menjadi 11 jam.
Semasa pendudukan Jepang banyak peralatan jalan rel dibongkar untuk keperluan perang di negara lain. Salah satu yang dibongkar adalah rel ketiga pada jalur Solo - Yogyakarta dan setelah itu lebar sepur dirubah menjadi menjadi 1067 mm. Juga lebar sepur Semarang - Solo dirubah menjadi 1067 mm.
LEBAR SEPUR 750 DAN 600
Jalan rel di Aceh dibangun oleh tentara dengan tujuan perang melawan pemberontak. Lebar sepur yang digunakan adalah 750 mm. Pada bulan Januari 1916 seluruh jalur kereta api di Aceh diambil alih oleh SS.
Lebar sepur 600 mm juga digunakan pada jalur trem antara Balong-Ambulu di Jawa Timur, antara Cikampek - Cilamaya, Cikampek - Wadas, Lamaran - Wadas dan Kerawang - Rengasdengklok di Jawa Barat.
Setelah perang kemerdekaan tidak ada lagi perusahaan jalan rel swasta di Pulau Jawa. Trem dengan lebar sepur 600 mm juga menghilang. Dengan demikian yang tersisa hanya jalur kereta api dengan lebar sepur 1067 mm.
JALAN REL DI SUMATRA
Jalan rel di Sumatra Barat dibangun antara tahun 1891 s/d tahun 1924 sepanjang 291 km. Jalur yang dibangun dimaksudkan untuk menghubungkan tambang batu bara dan pelabuhan di kota Padang. Sebagian jalur ini menggunakan rel bergigi.
Jalan rel di Sumatra Selatan dibangun antara tahun 1914 s/d tahun 1927. Selain tambang batu bara, juga hasil perkebunan menjadi alasan pembangunan jalur ini. Dua kota pelabuhan yang dihubungkan yaitu Palembang dan Tanjung Karang.
Jalan rel di Sumatra Utara dibangun oleh perusahaan swasta Deli Spoorweg Mij (DSM) antara tahun 1886 sampai tahun 1931. Pembangunan jalur ini bekerja sama dengan perusahaan perkebunan di daerah Sumatra Utara yang banyak menghasilkan minyak sawit dan lateks untuk tujuan ekspor yang disalurkan melalui pelabuhan Belawan Medan.
ELEKTRIFIKASI
Trem listrik mulai beroperasi di Indonesia menghubungkan Harmonie - Dierentuin pada tanggal 10 April 1899. Pembangunan jalur trem listrik terus dilajutkan dan bagian terakhir diresmikan tanggal 2 Januari 1913 dan dengan demikian jalur trem listrik di Jakarta menjadi 18 km. Trem listrik juga dibangun di Surabaya antara tahun 1923 - 1924 sepanjang 20 km.
Upaya elektrifikasi juga dilakukan oleh SS. Jalur pertama yang dipilih untuk dilakukan elektrifikasi adalah jalur Tanjung Priok - Jakarta Kota yang merupakan bagian dari rencana elektrifikasi jaringan jalan rel di Jakarta sampai Bogor. Tegangan yang digunakan adalah arus searah 1.500 volt. Jalur elektrifikasi Tanjung Priok - Jakarta Kota diresmikan pada tanggal 6 April 1925.
Tempat duduk KRL ini sebagian kelas 2 dan sebagian kelas 3 dan menggunakan rem udara tekan. Hal tersebut nampak pada nomor yang digunakan yaitu MBC-W artinya M adalah kereta bermotor, B adalah kelas dua, C adalah kelas 3 dan W simbol untuk rem udara tekan atau Westinghouse.
JALAN REL DI LUAR JAWA DAN SUMATRA
Pada awal tahun 1920, perusahaan perkeretaapian mengalami perkembangan yang menguntungkan. Banyak rencana dibuat untuk melebarkan sayap pelayanan dan tidak terbatas di Pulau Jawa dan Sumatra. Ada rencana pembangunan jalan rel di Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Rencana pembangunan Trans-Sumatra yang menghubungkan jalan rel yang terpisah di Sumatra Selatan, Sumatra Barat dan Sumatra Utara juga dilakukan. Rencana tersebut tidak sempat diwujudkan oleh SS. Pada masa pendudukan Jepang bagian dari rencana III, yaitu jalur yang menghubungkan Sumatra Barat dengan pantai Timur Pulau Sumatra pernah dibangun namun tidak diselesaikan.
Dan rencana tersebut, satu-satunya jalan rel yang pernah dibuka di luar Jawa dan Sumatra adalah jalur jalan rel Takalar - Makasar. Pembukaan jalur ini dilakukan pada tanggal 1 Juli 1923 seperti diperlihatkan pada gambar 1.9. Namun jalur ini ditutup kembali pada tanggal 1 Agustus 1930. Pendapatan yang tidak mencukupi menjadi alasan penutupan jalur tersebut. Sejak ditutup tidak pernah dihidupkan kembali hingga sekarang.
Dicuplik sebagian dari sumber: Semboyan 35 Site
1 comment:
mantep banget, sejarahnya komplet...
Post a Comment