Kehidupan harimau sumatera yang kini tersisa sedikitnya 400 ekor saja di alam bebas semakin terancam. Aktivis organisasi lingkungan, Greenpeace, menyaksikan kerusakan hutan alam di Provinsi Riau dalam tur Mata Harimau hari ke-8, Rabu (28/9/2011).
Lima aktivis Greenpeace menjelajah hutan dan kini sudah tiba di sekitar Desa Kusuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Dalam tur Mata Harimau itu, mereka menyaksikan hutan di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo dikonversi menjadi areal hutan tanaman industri, salah satu pemasok bahan baku industri pulp terbesar di Indonesia. Mereka menyaksikan proses pembukaan lahan di areal lahan gambut.
”Hari ini kami berada di hutan yang merupakan salah satu habitat paling penting bagi harimau sumatera yang terancam punah. Kami melihat perusakan masih terjadi dengan leluasa bahkan terhadap lahan gambut kaya karbon. Bapak Presiden R.I., Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan komitmennya untuk menyelamatkan hutan Indonesia yang masih tersisa. Komitmen ini harus segera terwujud menjadi aksi nyata sehingga perusakan semacam ini harus segera dihentikan,” tutur juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Rusmadya Maharuddin.
Sumber artikel: Serambi News 2011
Lima aktivis Greenpeace menjelajah hutan dan kini sudah tiba di sekitar Desa Kusuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Dalam tur Mata Harimau itu, mereka menyaksikan hutan di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo dikonversi menjadi areal hutan tanaman industri, salah satu pemasok bahan baku industri pulp terbesar di Indonesia. Mereka menyaksikan proses pembukaan lahan di areal lahan gambut.
”Hari ini kami berada di hutan yang merupakan salah satu habitat paling penting bagi harimau sumatera yang terancam punah. Kami melihat perusakan masih terjadi dengan leluasa bahkan terhadap lahan gambut kaya karbon. Bapak Presiden R.I., Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan komitmennya untuk menyelamatkan hutan Indonesia yang masih tersisa. Komitmen ini harus segera terwujud menjadi aksi nyata sehingga perusakan semacam ini harus segera dihentikan,” tutur juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Rusmadya Maharuddin.
Sumber artikel: Serambi News 2011
No comments:
Post a Comment